http://www.mail-archive.com/i-kan-untuk-revival@xc.org/msg03593.html, cited May 23rd, 2008
i-kan-untuk-revival] istriku

shtarigan     Sun, 15 Oct 2006 18:27:28 -0700

Hidup oleh Roh, Dipimpin oleh Roh, Gal.5:25 
ISTRIKU
by, Sari Tarigan
Saat aku pulang kerumah, istriku sedang memasak untuk makan malam,
dia terlihat bersemangat, saat melihatku dia memberikanku sebuah
senyuman yang mampu menghilangkan kepenatan yang mengikatku sepanjang
hari ini. Begitu selesai memasak, istriku memelukku dari belakang dia
bertanya, "sayang belum lapar kan ? boleh ngak mama mandi dulu sudah itu kita makan ?". Dengan santai aku menjawab,"mama makan saja dulu, papa masih kenyang nih..., papa sudah makan ditempat Juanda". Dari raut wajahnya aku melihat ada
kekecewaan, tanpa mengucapkan satu patah katapun, istriku menata makanan
di meja makan. Aku tau kalau , istriku marah ! Istriku tidak seperti
kebanyakan wanita lainnya yang selalu ngomel kalau sedang marah, dia lebih
memilih diam kalau ada yang tidak sesuai dengan hatinya, tapi justru dengan sikap diamnya itu, aku menjadi serba salah dan bingung
harus berbuat apa. Lamunanku terputus saat ku dengar istriku berkata
dengan suara pelan dan datar, "kalau saja papa memberitahukan mama lebih dulu,
kalau ada rencana makan malam ditempat teman, aku tidak akan sekecewa ini, kebayang ngak betapa lelahnya aku hari ini, sepulangnya dari kantor pergi kepasar dan langsung masak buat makan malam?". Bukanlah menjadi kebiasaan istriku, selesai memasak langsung makan, biasanya mandi dulu setelah itu baru makan, tapi malam ini lain dari biasanya, masih dengan sikap diam istriku makan sendirian di meja makan tampa menyapaku dan yang lebih parah lagi dia bersikap seolah-olah aku tidak ada didekatnya.
Satu sisi aku menyadari bahwa aku telah mengecewakan istriku sore ini,
tapi satu sisi lagi, egoku sebagai laki-laki timbul dan aku rasa
bukanlah hal yang besar dengan tidak memberitahukannya lebih dulu
kalau aku sudah makan bersama teman dan akhirnya apa yang sudah disiapkan
malam ini tidak aku sentuh sama sekali.
Aku tidak ingin aksi diam berlangsung lebih lama, perlahan-lahan aku mengambil
piring dan menaruh nasi dan lauk PORSI JUMBO dipiringku, dengan harapan saat
melihat aku makan dengan lahap, istriku akan memaafkanku.
Dugaanku salah, istriku sama sekali tidak bergeming, aku tau dia melirik ke arahku
tapi tetap saja bersikap seakan-akan aku tidak ada didekatnya, yang lebih
menjengkelkan istriku lebih lebih tertatik dengan acara yang ada di TV, sambil
makan sesekali dia tertawa-tawa kecil melihat acara yang ada di TV.
Selesai makan, istriku mencuci piring dan pergi mandi, tentu saja masih dengan
sikap diam padahal aku mencoba berdamai dengan membantunya membersihkan
sisa makanan yang ada di piring. Selama istriku dikamar mandi, sejujurnya aku pusing tujuh keliling untuk mencari cara bagaimana membuat dia tertawa atau setidaknya
melihat dia tersenyumpun aku sudah lega. Perasaan bersalah membuat aku jadi bingung sendiri, istriku tidak pernah marah
lebih dari 1 jam, dia selalu bersikap baik dan menempatkan aku sebagai
kepala keluarga, dia menghargaiku sebagai suami dan buatku istriku adalah
wanita terbaik yang pernah aku kenal dan yang aku miliki, dia segala-galanya
bagiku, dan yang paling penting istriku cinta dan takut akan Tuhan Yesus.
Aku merasa kecemasanku terlalu berlebihan, sebenarnya aku tidak perlu secemas ini, karena tanpa di bujuk pun, istriku akan bersikap seperti biasa,dia hanya butuh
waktu untuk menata suasana hatinya. Dan hal ini terbukti ! ! selesai mandi istriku duduk disampingku dan memberikanku sebuah senyuman, sepertinya air telah membawa kekecewaannya dan melupakan kalau beberapa jam yang lalu aku telah melukakan hatinya. Aku lega melihat istriku sudah bisa tersenyum bahkan
tertawa saat aku menceritakan kejadian lucu yang aku alami sepanjang hari ini,
walau aku masih was-was, jangan sampai ini hanya sementara dan setelah itu dia
kembali mengungkit-ungkit apa yang aku lakukan hari ini.
Dan memang benar, apa yang aku takutkan menjadi kenyataan,ternyata istriku
belum lupa kejadian tadi sore, dengan pelan dia mengatakan, "pa, kalau ingin dihargai oleh pasangan,
papa harus lebih dahulu menghargai pasangan papa ". Egoku keluar dan mencoba membela diri, "Mama saja yang berlebihan, papa rasa
apa yang papa lakukan sore ini bukanlah masalah besar". Sambil tersenyum istriku memelukku dan tersenyum, walau aku tau
senyumannya bermakna mengolokku, "iya deh, mama tidur duluan, ternyata
egonya laki-laki tinggi juga ya ? ? ?".
Sebenarnya aku setuju dengan apa yang dia katakan, betapa tingginya egoku
sebagai laki-laki, sebagai kepala keluarga! apa susahnya untuk minta maaf.
Suatu hari istriku berkata bahwa aku termasuk suami yang langka, mau membantu istri di dapur, bahkan kalau istriku lagi melakukan pekerjaan
didapur atau sedang tidak fit, tampa ada rasa gengsi aku membantunya
menyuci baju atau setrika baju. Istriku sangat perfectionist , hal yang
kecilpun menjadi perhatiannya, disinilah letak perbedaan antara aku dan dia.
Aku teringat, saat kami masih berpacaran, saat aku ulang tahun dia
membawakanku 2 potong black forest. Sepantasnya aku bersukacita atas
perhatian yang dia berikan padaku. Tapi aku merusak semuanya dengan
mengatakan padanya kalau aku tidak suka makanan yang manis dan salah satunya
yang tidak aku suka adalah black forest.
Dengan datar kekasihku berkata, "Iya udah, kalau gitu yang menjadi bagian abang di berikan pada anak tetangga dan satunya aku yang makan". Sambil memakan black
forest yang satunya , dia berkata, "abang tau ngak, black forest ini ini aku
beli tadi siang, aku bela-belain ijin keluar tapi ternyata yang ulang tahun
tidak doyan . . kasihan deh aku..".
Aku merasa menjadi lelaki bodoh, dan tidak mampu berkata apa-apa, yang bisa aku
lakukan hanya melakukan pembelaan kecil, "lain kali kalau kasi kejutan beli yang abang suka ya .. . .". Suatu kali, saat aku membantunya menyetrika baju, dia berkata padaku, "kalau hanya modal cinta, dari dulu mungkin kita sudah berpisah, tapi karena aku tau Tuhan Yesus mengasihiku dan selalu mengampuniku tanpa batas, maka akupun WAJIB mengasihi dan mengampuni papa tampa batas". Aku sering mendengar cerita atau tak jarang melihat sendiri, para lelaki [suami] terlalu angkuh dengan posisinya sebagai kepala keluarga dan berharap si istri yang mengalah dan senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju harus mengerti apa yang menjadi kemauan si suami. Bukankah Tuhan memberikan pendamping bukan untuk di perintah-perintah, untuk disuruh-suruh atau untuk dilukai seenak perut ! tapi di sediakan untuk menjadi pendamping, rekanan dan penopang dalam
membina mahligai rumah tangga ?

Sambil memandang wajah istriku yang sedang tertidur pulas disampingku,
"mama, papa janji tidak akan melukai hati mama lagi ", janjiku dalam
hati.

Amsal
31:29 Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua.
31:30 Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.
arrow
arrow
    全站熱搜

    ferlinfie 發表在 痞客邦 留言(0) 人氣()